Teringat seminggu yang lalu yang mana itu adalah hari terakhirku melihatmu dalam waktu dekat ini. Hanya bisa diam tanpa satu katapun yang terucap. Yang ada hanyalah keinginan untuk menatap wajah yang akan meninggalkanku 2 bulan ke depan. Duduk berhadapan, tangan bertautan, saling menatap dan tertawa bersama. Ah, mengingat semua itu hanya menambah rasa rinduku saja. Wajah itu, mata itu, hidung itu dan senyuman itulah yang selalu kuingat. Sesosok pria yang sangat kurindukan. Suara yang kudengar saat ia menelponku pun tidak bisa menghilangkan rasa rinduku sepenuhnya. Namun aku tetap bersyukur, setidaknya ia masih menghubungiku dan aku masih bisa mendengar suaranya walau hanya 5 menit. Mendengar kabar darinya membuatku lega. Mendengarnya menceritakan pengalamannya di hari ia menelponku membuatku merasakan kesejukan di hati yang kering meskipun hanya sedikit. 5 menit berkualitas tiap pagi atau malam membuatku tersadar dan yakin bahwa aku tidak mungkin kehilangannya walau jarak memisahkan kami, sejauh apapun itu. 5 menit berkualitas yang tak akan pernah ku sia-siakan walau harus mengganggu jam istirahatku, walau tengah malam atau subuh sekalipun. Terkadang dengan lirih hati ini berbisik, "Maaf aku belum bisa menemanimu di sana.Maaf, aku belum bisa mendukung pelayananmu di sana secara nyata. Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah bicara kepada Bapa dan memohon yang terbaik untukmu." Mungkin benar juga kata orang 'doa adalah cara memeluk orang yang dicintai dari jauh'. Bagiku, yang bisa kulakukan saat ini hanyalah mendoakannya di tiap saat yang aku bisa. Ya, benar! Doa adalah caraku memeluknya dari jauh. Mungkin orang lain beranggapan aku terlalu melankolis, gombal atau cengeng. Tapi memang itulah yang kurasakan. Itulah yang kupikirkan. Itulah yang kulakukan sampai ia kembali.